Menurut Bratakesawa dalam bukunya " Falsafah Siti Djenar " (1954) dan buku " Wejangan Wali Sanga " himpunan Wirjapanitra, dikatakan bahwa nama lain dari Syekh Siti Jenar antara lain Seh Lemahbang atau Lemah Abang, Seh Sitibang, Seh Sitibrit atau Siti Abri, Hasan Ali Ansar dan Sidi Jinnar. Dikisahkan, pengajaran yang dilakukan oleh Syekh Siti Jenar untuk murid-muridnya dilakukan tanpa tedeng aling-aling, alias terbuka tanpa melalui banyak proses dan apa adanya. Nah hal inilah yang dikhawatirkan oleh para wali, kedepannya masjid, mushola akan menjadi sepi lantaran para murid mendapat ajaran yang singkat dan tidak melalui tahapan Syekh Siti Jenar dikisahkan sebagai Wali/Ulama yang membangkakang pada Kesultanan Demak, bahkan Syekh Siti Jenar juga dianggap sebagai wali yang mengajarkan ajaran aneh sehingga membuat murid-muridnya menjadi sesat, jauh dari syariat, sehingga di akhir cerita, mau tidak mau Kesultanan Demak dibawah Dewan Wali Sanga menjatuhkan hukuman mati Banyak sekali yang tertulis dalam Kitab Ulumuddin, sehingga apabila hamba sampaikan kepada paduka, Kanjeng Pangeran Tembayat tentu bingung, karena paduka tidak dapat menerima, bahkan mungkin paduka mengira bahwa hamba seorang majenun. Demikianlah wejangan Syekh Siti Jenar yang telah hamba terima.”. Mangkja kang pinoerweng roewi, Tjarita seh siti djenar, Djinarwa djinereng maneh, Met tjarita kang sawantah, Saking srat walisana, Sanadyan ta ngoeni oewoes, Keh sandjana kang ngroempaka, Demikian yang pertama. cerita seh Siti Jenar diterangkan diuraikan lagi. mencari cerita yang sebenarnya, dari serat buku Walisana, walaupun ucapanya dahulu xPIReY1.

wejangan syekh siti jenar kepada muridnya